Tanpa kita sadari selama ini Bumi bersuara.
Peneliti sebenarnya sudah menyadari jauh-jauh hari sejak tahun 1998 setelah mereka menemukan bahwa Bumi ternyata secara konstan menghasilkan sinyal vibrasi frekuensi rendah.
Namun apa persisnya yang memicu pergerakan Bumi itu ternyata masih gelap.
Beberapa penelitian telah dilakukan dan mengungkap bahwa getaran diakibatkan oleh gangguan di atmosfer serta gerak gelombang air laut di dasar lautan.
Namun, hasil penelitian itu dianggao belum memuaskan.
Kebanyakan penelitian dilakukan dengan memasang seismometer di permukaan darat dan laut. Itu dinilai tidak efektif. Di permukaan laut misalnya, gelombang laut dan arus dasar laut bisa menciptakan noise.
Kini peneliti menaruh seismometer di dasar laut untuk mengungkap sebab suara bumi itu.
70 persen permukaan bumi adalah lautan. Jadi, pengukuran dari dasar laut memungkinkan peneliti menganalisis fenomena tersebut dengan menggunakan data dari seluruh dunia.
Penelitian yang dipimpin oleh Martha Deen, ilmuwan dari the Paris Institute of Earth Physics ini mengumpulkan data observasi selama 11 bulan dari 57 stasiun seismometer di dasar laut Samudra Hindia di timur Madagaskar yang dipasang selama rentang 2010-2013 untuk mempelajari gunung berapi.
Mereka kemudian memiliki dua stasiun yang memiliki kualitas data tertinggi serta menghapus sumber gangguan yang tidak diinginkan.
Mislnya, menghilangkan gangguan dari gelombang infragravitas laut, arus dan gangguan elektronik, sehingga mampu mengurangi tingkat kebisingan hingga mendekati level yang sama dengan stasiun darat yang tenang.
Dari situ Deen dan rekan-rekannya berhasil menangkap bunyi dengung dengan menggunakan seismometer di dasar laut. Penelitian menunjukkan bahwa getaran alami Bumi tersebut memuncak pada frekuensi 2,9 dan 4,5 milihertz. Getaran ini tidak dapat didengar oleh orang karena 10.000 kali lebih kecil dari ambang pengendengaran telinga manusia.
Temuan ini tentunya penting bagi ilmu pengetahuan meski belum seutuhnya mengungkap dari mana dengung itu berasal. Namun yang pasti peneliti bisa mempelajari hal baru. Selain mempelajari pergerakan bumi atau osilasi, dari temuan ini peneliti berpikir bisa diterapkan untuk pemetaan interior bumi. Sebab saat ini peneliti secara tradisional meneliti interior bumi hanya berbekal gelombang seismik yang dihasilkan dari gempa bumi.
Tentu saja metode ini kurang efektif mengingat gempa bumi hanya terjadi di waktu-waktu tertentu saja. Sementara suara dengung terjadi secara konstan. Namun menggunakan suara dengung ini sebagai sumber gelombang seismik akan menghindari masalah karena secara konstan terjadi di banyak wilayah di seluruh dunia.
"Menangkap dengung di dasar laut bisa memberi wawasan baru serta bisa digunakan untuk memetakan interior Bumi dengan lebih detil dan akurat daripada menggunakan seismometer darat," kata Deen dikutip dari Physorg, Kamis (7/12/2017).
"Bumi terus bergerak dan kami ingin mengamati pergerakan ini karena akan mendapat keuntungan dalam memiliki lebih banyak data," imbuhnya.
Hasil riset telah dipublikasikan di Geophysical Research Letter.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar